oleh

WNI Kembali Ditawan Abu Sayyaf, Malaysia Enggan Disalahkan

Jakarta, teras-ntt.com — Angkatan bersenjata Malaysia menanggapi tuduhan Indonesia yang menyatakan aksi penculikan yang kembali terjadi di perairan Negara Bagian Sabah pada 16 Januari lalu yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf. Mereka menyatakan selama ini telah berkoordinasi dengan Indonesia dan Filipina dalam menggelar patroli di perairan Sulu, yang sudah berjalan sejak empat tahun lalu.

“Faktanya Malaysia, Indonesia dan Filipina sudah membentuk pusat kendali untuk berbagi informasi dan intelijen di bawah perjanjian Patroli Maritim Dan Udara Trilateral melibatkan militer Malaysia, Indonesia dan Filipina,” demikian isi pernyataan Angkatan Bersenjata Malaysia, seperti dilansir The Borneo Post, Jumat (24/1).

Militer Malaysia menyatakan juga terus berkoordinasi dengan Komando Keamanan Wilayah Timur Sabah (ESSCom), Kepolisian Air Kerajaan Malaysia, dan Badan Penjaga Pantai Malaysia (MMEA). Mereka menyatakan hal itu untuk memperkuat pengawasan dan keamanan di perairan Sabah.

“Sebagai tambahan, ketiga negara sudah sepakat terhadap Perjanjian Kerja Sama Trilateral yang sudah diterapkan oleh militer Malaysia,” lanjut isi keterangan pers tersebut.

Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar menuturkan penyanderaan yang berulang tampaknya terjadi lantaran koordinasi pihak berwenang Malaysia soal pengamanan di perairan Sabah dan sekitarnya tidak efektif.

“Betul-betul kami menyesalkan (penyanderaan) ini terjadi berulang-ulang dan kelihatannya kondisi ini karena koordinasi atau keterlibatan pihak berwenang di Malaysia tidak efektif selama ini. Kami berharap hal ini dapat ditingkatkan dalam waktu dekat,” kata Mahendra kepada wartawan usai menghadiri rapat bersama Komisi I DPR pada Senin lalu.

Kelima WNI yang diculik kelompok Abu Sayyaf itu dilaporkan bernama Arsyad Dahlan (41), La Baa (32), Riswanto Hayono (27), Edi Lawalopo (53), dan Syarizal Kastamiran (29) yang bekerja pada perusahaan perikanan berbasis di Sandakan, Malaysia.

Penyanderaan lima nelayan Indonesia ini berlangsung tiga hari setelah WNI terakhir yang disandera Abu Sayyaf, Muhammad Farhan, berhasil bebas. Farhan berhasil bebas dengan bantuan militer Filipina setelah empat bulan disandera kelompok militan tersebut.

Mahendra juga meminta Malaysia untuk lebih menjaga dan melindungi anak buah kapal Indonesia yang bekerja di perusahaan ikan mereka, terutama yang melaut di perairan Sabah.

“Kami sudah bicara dengan pihak Filipina karena tentunya sudah berada di kawasannya. Dengan Malaysia, kami meminta Malaysia untuk tidak mebiarkan kejadian ini berulang karena (penyanderaan) terjadi di laut Malaysia dan di atas kapal Malaysia,” kata Mahendra.

Dikritik oposisi

Mantan Menteri Pertahanan Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengkritik penerusnya, Mohamad Sabu, karena tidak memberikan pernyataan apapun setelah kritik yang disampaikan Mahendra. Dia mempertanyakan kebijakan Sabu untuk memperkuat patroli di perairan Sabah.

“Ini sudah dua tahun Sabu menjabat sebagai menteri pertahanan. Mengapa belum ada perkembangan untuk memperkuat kerja sama trilateral? Tidak apa-apa jika dia tidak menyukai insiatif Barisan Nasional, tetapi tolong paparkan rencana (koalisi) Pakatan Harapan untuk memperkuat pengamanan khususnya di perairan Sabah?,” kata Hishammuddin seperti dilansir Malaysia Kini.

Hishammuddin mengatakan sudah berusaha meminta klarifikasi dari Sabu terkait polemik tersebut. Sebab menurut dia hal ini penting terkait citra Malaysia.

“Citra Malaysia bisa tercoreng di mata dunia,” ujar Hishammuddin (ayp/ayp)

Sumber : CNN Indonesia

Komentar