oleh

Setya Novanto-Fadli Zon Diberondong Tujuh Petisi Masyarakat

Jakarta, CNN Indonesia — Kehadiran Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon ke acara jumpa pers Donald Trump menuai kontroversi. Selain terancam sanksi Mahkamah Kehormatan Dewan, mereka juga dikecam masyarakat, termasuk netizen.

Ada setidaknya tujuh petisi menyangkut persoalan itu di Change.org sampai Selasa (8/9). Petisi dari masyarakat itu menuntut kedua tokoh politik untuk meminta maaf, mengundurkan diri, bicara terus terang soal motivasinya, atau dicopot jabatannya.

Satu petisi dibuat Hafidh Alfi dari Semarang, Jawa Tengah tiga hari lalu. Petisi ditujukan pada Setnov, panggilan Setya Novanto dan Fadli Zon.

Hafidh meminta keduanya menjelaskan dan meminta maaf kepada masyarakat Indonesia atau mengundurkan diri dari pimpinan DPR RI sebagai pertanggung jawaban atas kedatangan ke kampanye bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik itu.

Menurut Hafidh, tindakan Setnov dan Fadli Zon tidak etis. “Apalagi sang Ketua DPR sempat menyatakan bahwa rakyat Indonesia menyukai Donald Trump yang sama sekali asing bagi kami masyarakat Indonesia,” tulisnya dalam keterangan petisi.

Petisi itu baru didukung 36 orang dan masih membutuhkan 64 tanda tangan untuk mencapai 100.

Petisi berikutnya dicanangkan oleh Kristyohadi Trissuwantoro kepada Badan Kehormatan DPR RI (sekarang Mahkamah Kehormatan Dewan). Ia meminta MKD membuka motivasi hadirnya Setnov dan wakilnya di podium pencapresan Trump. Petisi yang dibuat empat hari lalu itu sudah didukung 75 orang dan butuh 25 lagi untuk mencapai targetnya.

Kristyohadi sebagai pembuat petisi memaparkan lima konsekuensi logis kehadiran Setnov dan Fadli Zon sebagai pejabat negara di kampanye Trump. Salah satunya menyebut, kepentingan politik luar negeri RI dipertarukan oleh dua sosok politikus itu.

Tiga petisi lainnya ditujukan untuk Setnov dan Fadli Zon sendiri. Petisi yang dibuat PP Pemuda Muhammadiyah dan Indonesia Corruption Watch baru digagas dua hari lalu, namun sudah mendapat 495 pendukung sampai Selasa (8/9) dini hari.

Petisi itu meminta Setnov dan wakilnya, bahkan seluruh rombongan yang sejatinya berangkat ke New York menghadiri 4th World Conference of Speakers of Inter-Parliamentary Union, untuk meminta maaf.

Permintaan yang sama diajukan petisi yang dibuat Abu Muhammad Al Jawy pada empat hari lalu. Petisi itu meminta Setnov dan Fadli Zon berhenti mempermalukan Indonesia dengan seolah menjadi tim kampanye Trump, serta meminta maaf pada bangsa.

Meski baru berusia empat hari, petisi itu sudah mencapai lebih dari 3.400 pendukung dan butuh lebih dari 1.600 untuk mencapai target 5.000.

Pendukung petisi yang dibuat Djati Erna Sahara jauh lebih banyak lagi. Petisi yang meminta Setnov dan Fadli Zon mengundurkan diri dari jabatannya itu sudah punya lebih dari 9.000 pendukung. Petisi masih butuh lebih dari 850 untuk mencapai 10.000.

Menurut Djati, kedua pemimpin DPR RI itu perlu mengundurkan diri karena mempermalukan Indonesia. Dukungannya terhadap Trump juga dianggap mencederai bangsa yang mayoritas muslim, lantaran Trump dikenal sebagai politi antiIslam dan rasialis.

Petisi yang dibuat Tsamara Amany berbeda lagi. Ia menujukan petisinya bukan kepada DPR, melainkan justru rakyat Indonesia. Masyarakat dimintanya mendukung Imam Shamsi Ali, pemimpin komunitas Islam di New York yang mengecam tindakan keduanya.

“Buktikan kepada mereka bahwa kita mengecam tindakan tersebut dan mendukung protes Imam Shamsi Ali kepada mereka,” tulis Tsamara di petisinya. Petisi itu dibuat sehari lalu dan sudah didukung 461 orang, membutuhkan 39 lagi untuk mencapai 500.

MKD mengadakan rapat tertutup membahas pelanggaran etika kedewanan yang dilakukan Setnov dan Fadli Zon. Rapat digelar usai tujuh anggota DPR melaporkan pemimpinnya, Senin (7/9). Setnov dan Fadli Zon akan dikenai tiga sanksi, menurut MKD.(CNN)

Komentar