oleh

Refleksi HUT Ke 5 Gereja TEBES Kobelete Soe

-Daerah-77 Dilihat

Oleh : Yanse M.Naat S.Th, M.Si

Soe, terasntt.com — Sekilas mengingat kembali perjalanan tentang suatu sejarah iman. Dimulai dari kisah, ya kisah tentang kerinduan hati untuk menyembah Allah. Di mana dentang lonceng gereja sebagai alarm untuk mengingatkan umat ada dalam persekutuan bersama mulai terdengar, namun dentangan lonceng gereja terdengar tak begitu nyaring, sebab jarak yang jauh. 3-2 KM jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke gereja.

Ada yang berkendaraan dan ada yang berjalan kaki. Bagi yang berjalan kaki, berpacu dengan waktu adalah hal yang sering terjadi, kadang tergesa-gesa sampai nafas tersengah-sengah, tubuh yang awalnya segar karena siraman air dingin di pagi bahkan sore hari, menjadi gerah karena keringat.

Namun hal ini bukanlah halangan untuk ada dalam penyembahan kepada Allah, dan dengan berjalannya waktu ada suatu harapan “ah,,,,seandainya saja gereja dekat dengan rumah kami, pasti kami dapat beribadah dengan tubuh yang segar dengan ketenangan tanpa tergesa-gesa” dan karena Tuhan menghendaki, maka akhirnya harapan ini pun dimulai dengan suatu pergumulan.

Berawal dari 1, 2, 3, bahkan lebih dari 10 orang bertambah menjadi balasan, puluhan bahkan ratusan orang sepakat membangun komitmen bersama untuk menghadirkan gereja di tengah-tengah jemaat. Namun di dalam komitmen itu, ada pun kesadaran bahwa kemampuan manusia terbatas, kesadaran itu diwujudkan dengan lutut yang selalu bertelut, tangan yang terangkat dan doa yang selalu terucap, disertai dengan sedia memberi tenaga, meluangkan waktu, kesadaran memberi dan dari semua pergumulan ini ada tetesan keringat bahkan juga air mata.

Seperti seorang bayi yang sedang bertumbuh, merangkak, mencoba untuk berdiri, belajar berjalan dan akhirnya dapat melangkah dengan pasti, namun saat merangkak lutut terasa perih, ketika mencoba berdiri jatuh adalah hal yang biasa, saat belajar berjalan ayunan langkah masih tertatih-tatih dan akhirnya pada tgl 27 Oktober 2014, ayuanan langka yang pertama mulai pasti.

Sebuah gedung gereja berdiri kokoh dan indah dengan menara yang menjulang, dentang lonceng gereja tak terdengar samar lagi, nyaring bunyinya kembali membawa sukacita yang bertambah dan dengan iman gereja ini diberi nama TEBES yang artinya “Benar”.

Pada hari ini 27 Oktober 2019, 5 tahun sudah gereja ini bertumbuh. Usia 5 tahun terdengar masih sangat belia namun kita bertumbuh dengan sangat baik, secara fisik gedung gereja berdiri begitu indah, untuk manajemen keuangan, kita terpuji dengan urutan ke 3, program-program pelayanan yang dilakukan adalah pelayan yang hidup, namun perlu untuk disadari bahwa pada usia yang belia ini tentu masih ada rengekan-rengekan, tingkah laku ke kanak-kanakan masih juga kita lakukan sebab pada masa ini adalah masa untuk membentuk perilaku sama halnya dengan anak anak di usia yang belia ini.

Perjalanan masih panjang, dan semua kehidupan Tuhan yang atur. Yang perlu kita refleksikan diusia yang ke-5 ini : 1) apakah indah dan kokohnya gereja ini juga menunjukan tentang indah dan kokohnya persekutuan kita? Ataukah persekutuan yang dibangun dengan pergumulan yang panjang ini perlahan-lahan terkikis karena keegoisan kita?

Jika hal itu mulai terlihat, ingatlah kembali bagaimana awal kita memulai pergumulan ini, bagaimana dengan keyakinan, dengan kasih kita bergandengan tangan membangun persekutuan ini?
2). Dan Seperti nama gereja ini TEBES atau KEBENARAN. Sudahkah kebenaran kita wujudkan? Atau kebenaran itu kita bungkam dengan kuasa, ketakutan dan ketidakpedulian terhadap kebenaran itu sendiri? ingatlah bahwa apa yg benar berasal dari Allah, dan kebenaran akan tetap benar,walaupun ia dibungkam, kebenaran akan menemukan jalannya sendiri.

Marilah kita bergandengan tangan hadapi suka dan duka yang akan kita alami dalam perjalanan ke depan, sebab Tuhan memakai suka dan duka untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, melalui kedewasan dalam iman.(*)

Komentar