oleh

Politik Uang Disebut Meriahkan Bursa Calon Ketua Umum Golkar

-Politik-78 Dilihat

Jakarta, CNN Indonesia — Wakil Sekretaris Jenderal Golkar Munas Riau, Ahmad Doli Kurnia, menyatakan politik uang di tubuh partai beringin saat ini sudah sangat kronis. Dinamika bursa calon ketua umum jelang Musyawarah Nasional (Munas) pun dinilai semakin eskalatif.

“Yang menggiring dinamika itu bukannya dalam konteks kompetisi gagasan, konsep, dan visi mengembalikan kebesaran partai. Namun justru yang mengiringinya adalah isu politik uang,” kata Doli melalui pesan tertulis yang diterima CNN Indonesia, Minggu (21/2).

Doli sebelumnya mendapat informasi adanya praktik bagi-bagi uang dari calon ketua umum kepada Dewan Pimpinan Daerah (DPD) partai sebagai calon peserta Munas di Sulawesi Utara.

Kini, dalam dua hari terakhir, Doli mengaku telah mendapati uang kembali beredar pada road show sejumlah kandidat di Jawa Tengah.

Menurut Doli, kisaran duit yang ditebar jumlahnya beragam. Masing-masing DPD disebut bisa mendapat Sin$10 ribu, Sin$1.000, dan ada pula yang mendapat Rp100 juta.

“Ini menunjukkan bahwa mental politik para kader sudah pada titik nadir. Situasi itu tentu tidak menguntungkan bagi perbaikan dan kebaikan partai ke depan,” kata Doli.

Inisiator Generasi Muda Partai Golkar itu mengaku heran dengan besarnya duit yang dijadikan sebagai dana politik tersebut. Dia menyayangkan jika uang yang dihambur-hamburkan itu didapat dari hasil keringat sendiri.

“Tapi akan lebih berbahaya lagi jika uang itu berasal dari cukong yang pasti akan menitipkan kepentingannya kepada para calon ketua umum,” ujar Doli.

Jika partai sudah disusupi kepentingan cukong, kata Doli, maka Golkar akan tersandera oleh kepentingan mereka dan partai akan jauh dari fungsinya sebagai kekuatan dan pembela rakyat.

“Partai nantinya akan menjadi pembela para cukong,” ujarnya.

Doli berharap semua kader bisa berkomitmen mewujudkan Munas berkualitas yang bebas dari politik uang. Alih-alih menerima duit sogokan, Doli menekankan kriteria calon ketua umum partai haruslah seorang yang visioner, independen, jujur, serta memiliki perilaku yang bersih dan beradab.

“Apakah kami akan ikut menikmati atau diam menyaksikan keruntuhan partai melalui cara-cara tidak bermoral seperti (politik uang) itu. Saya kira kami semua sama-sama meyakini tidak mau hal itu terjadi,” kata dia.

Komentar