Soe, terasntt.com — Desa Toi, Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) adalah desa pertama yang memperkenalkan pertanian Hidroponik dan Aquaponik pada tahun 2016 lalu. Pola ini dilakukan untuk menyiasati kekurangan air di wilayah tersebut.
Kepada terasntt.com kepala desa To’i, Jidro HN. Lakapu menjelaskan, bahwa di desanya sudah dibangun 1 blok tempat menanam sayur organik berlokasi di kantor desa dan kedepan rencananya akan dibangun lagi 3 blok dalam tahun 2019 ini.
Ia merincikan biaya yang dikeluarkan adalah 3 juta per 1 blok dan pengeluaran dalam bulan berjalan sebesar Rp 300 ribu untuk pembelian bibit serta pembayaran listrik.
Masih menurutnya banyak keuntungan pertanian Hidroponik & Aquaponik yaitu hemat lahan, hemat air, panen dua kali dalam sebulan serta dapat meningkatkan ekonomi warga desa lewat penjualan sayur organik.
Ia menambahkan untuk 1 blok saja sekali panen bisa menghasilkan 150 kg sayur, sehingga ia sangat yakin dengan inovasi ini.
Kita hanya keluarkan biaya untuk membuat wadah yaitu rumah dan media seperti pipa paralon dan dinamo, selanjutnya hanya tanam dan panen ujar pria kreatif ini.
Untuk saat ini 1 blok yang sudah dibangun akan dilakukan panen perdana sekitar minggu depan yang nantinya hasil panen akan diberikan kepada anak anak kurang gizi didesanya demi mendukung program Bupati TTS mengatasi stunting.
Diharapkan panen kedua sudah fokus pada peningkatan ekonomi masyarakat desa bahkan sang kepala desa punya rencana besar yakni menjadikan desa To’i sebagai penghasil sayuran organik.
Sementara itu Yohanis Nalle Korkab TA TTS ketika dikonfirmasi tentang masih minimnya desa – desa melakukan inovasi bidang pertanian, mengatakan bahwa desa – desa masih fokus dengan infrastruktur jalan yang sebenarnya hanya sedikit manfaat karna hanya mengejar proyek dan menghabiskan dana.
Ia mengapresiasi inovasi pertanian Hidroponik & Aquaponik yang dilakukan desa To’i dan lewat koordinasi, sudah ada beberapa siap mengiikuti terutama beberapa desa di jalur Selatan.
Kami sudah koordinasi dengan sekitar
” 15 desa yang segera mengikuti apa yang sudah dilakukan desa To’i,” ujarnya.
Ia menambahkan masih banyak desa yang hanya fokus pada infrastruktur yang tidak terlalu berdampak oleh karenanya perlu keberanian para kepala desa melakukan berbagai inovasi di bidang pertanian karena rata – rata masyarakat desa hidup bertani.(sys)
Komentar