Pertanian Hidroponik adalah budidaya menanam tanpa tanah hanya fokus pada pemenuhan nutrisi tanaman dan air seadanya. Metode ini sangat cocok diterapkan di wilayah kering atau kekurangan pasokan air.
Banyak keuntungan dari sistem pertanian ini antara lain: Tidak menggunakan tanah, Air yang dibutuhkan sedikit, Tidak menghasilkan polusi nutrisi, Memberikan hasil yang banyak, Mudah dalam memanen, Steril dan bersih, Media tanam dapat digunakan berulang kali, Bebas dari tumbuhan pengganggu/gulma dan tanaman tumbuh lebih cepat.
Awal masuknya sistem pertanian hidroponik ke desa To’i lewat diskusi ringan antara kepala desa bersama beberapa pemuda TTS yang diimplementasikan dengan hadirnya pemuda – pemuda ke Desa To’i (Charles Lakapu, Elli Neonufa, Once Mone,Imanuel Nuban, Erik Sanu, Yupthan Banunaek, Edo Kaesmetan).
Perjalanan Soe – To’i di wilayah Amanatun Selatan beliku – liku dan menyenangkan,canda tawa dalam perjalanan melewati puluhan kilometer jalan berkelok dan berlubang hingga tiba di “Kolotopen” tempat yang jadi saksi bisu dan seakan memberi inspirasi kepada siapapun untuk memandang jauh kedepan, agar bisa melangkah maju bertindak untuk sesuatu yang bernilai bagi sesama.
Selama kurun waktu satu tahun salah seorang pemuda yakni Once yang berguru di luar TTS dan setelah merasa cukup punya bekal lalu kembali ke desa To’i untuk mengembangkan pertanian hidroponik ini.
Hingga kini sudah dibangun satu blok media Hidroponik yang di dalamnya bisa ditanami 600-700 pohon sayuran dan sudah beberapa kali panen yang semuanya habis terjual dalam waktu sekejap.
Tiga blok sedang dibangun untuk melengkapi satu blok yang sudah berproduksi bahkan sudah dikonsepkan bangunan pelengkap seperti kolam ikan dan lopo kecil mengelilingi empat blok tersebut.
Ya… sang Mr Hidroponik, Once Mone mengatakan optimis tidak lama lagi Hidroponik desa To’i diyakini tak hanya menguntungkan secara finansial tapi akan menjadi objek wisata desa dan akan jadi tujuan masyarakat berselfie ria di antara sayuran hijau yang memanjakan mata.
Ia pun menyanjung tinggi kepala desa To’i yang punya semangat dan jiwa muda dalam melakukan terobosan dan inovasi dalam berbagai bidang demi membangun desanya.
” Sudah saatnya kaum muda potensial turun ke desa menularkan ilmu untuk pembangunan dan kemajuan desa,” ujarnya.
Lanjutnya lagi, para kepala desa seharusnya membuka ruang komunikasi dengan pemuda – pemuda potensial untuk berbagi ilmu positif untuk memulai konsep pembangunan desa dalam berbagai bidang.
Sementara itu Jidro H.N. Lakapu kepala desa energik ini mengaku pihaknya sudah membuat konsep pertanian hidroponik tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tapi bisa dijadikan objek wisata desa.
” Kita bisa lihat kebun matahari di oesao kebanjiran pengunjung maka To’i siap dengan objek wisata hidroponik. Coba kita bayangkan berselfie ria diantara sayuran hijau yang menyegarkan mata bahkan bisa membawa hasil panen, kan lebih keren,” ujarnya penuh semangat.
Menurutnya, merintis sesuatu tak semudah membalik telapak tangan.
Ketika memulai mungkin orang melihat dari jauh dan tentu tak semua mendukung bahkan justru lebih banyak nada sumbang yang mematahkan semangat memunahkan niat namun tekad dan daya juanglah yang menuntun menuju tujuan yang hendak dicapai.
” Sukses itu tidak instan, lewat proses yang panjang dan melelahkan untuk menikmati sebuah keberhasilan,” pungkas pria bertato ini.(erik)
Komentar