oleh

Apel Romebeaoty Kembalikan Kejayaan TTS

-Daerah-65 Dilihat

Soe, terasntt.com — Apel jenis Romebeaoty yang pernah ada dan terkenal tahun 1980 an di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) kini kembali dibudidayakan. Sekitar tiga puluh tahun apel ini hilang, namun kembali ditemukan Badan Penelitian dan Pengembangan  (BALITBANGDA) di
Desa Pubasu, Kecamatan Tobu.

Kaban Litbang, A.S. Nabuasa didampingi Kabid Inovasi Jhis Baok saat mengunjungi lokasi  tersebut Rabu (30/1/2019) mengatakan dirinya punya mimpi untuk kembali mengembangkan apel asli Soe, bahkan akan dijadikan  icon TTS.

Menurutnya ada beberapa jenis apel namun untuk jenis romebeaoty adalah asli soe yang ditemukan paling banyak di wilayah Desa Pubasu, sehingga mulai dibudidayakan dengan cara okulasi sebanyak 500 anakan.

” Kita sedang berupaya bersama beberapa petani untuk bagaimana kalau bisa merawat apel yang sudah ada dengan teknik dan pengalaman yang selanjutnya dikembangkan dengan target tiga  tahun sudah ada hasil,” ujarnya penuh optimis.

Sementara Kabid Inovasi dan Teknologi Jhis Baok mengaku sangat gembira karna masih ada apel asli Soe sehingga pihaknya berkoordinasi dengan 5  orang petani petani untuk berbagi ilmu sebelum melakukan tindakan penyelamatan terhadap pohon apel yang sudah ada dengan merawat dan meremajakannya.

” Kami akan mendampingi petani di sini (Pubasu ) untuk menyiapkan batang bawah yang selanjutnya akan dikembangkan minimal 3 tahun kedepan,” katanya.

Lebih lanjut ia  mengatakan pengembangannya perlu teknik dan peralatan yang mendukung sehingga Balitbangda siap membantu masyarakat  serta fokus mendampingi petani di desa Pubasu.

Sementara itu salah satu petani apel Napoleon Tafui  saat diwawancarai megisahkan, dirinya sudah menamam apel sejak tahun1960 saat itu ada program di era kepemimpinan Bupati Kusa Nope hingga kini.

Dalam rentang waktu tersebut apel Soe hampir punah namun mereka tetap merawat pohon di lingkungan rumah.

Ia mengatakan bahwa sebenarnya ada banyak pohon namun mereka awam tentang perawatan hingga ada sosialisasi dan pendampingan Balitbangda serta pengalaman yang akhirnya masih bisa bertahan.

Menurutnya tahun 2017,soal pemasaran masih menggunakan sistem borong yang dilakukan oleh para tengkulak.

” Walau tidak seberapa namun tahun 2017 lalu  saya masih memperoleh 1 juta hasil panen 18  pohon yang ada ” ujarnya.

Ia mengatakan kesulitan yang dihadapi adalah bibit  lokal dan sedang diusahakan dan rencananya bulan Februari ini sudah bisa tersedia. Selain itu juga kendala air, pupuk dan obat sehingga mereka berharap bantuan pemerintah lewat Balitbangda karena mereka sedang siap lakukan okulasi sebanyak 250 dari target 500 anakan apel.(sys)

Komentar